Sekolah Integral Hidayatullah merupakan unit dakwah Ormas Hidayatullah yang berorentasi pada pendidikan. Dalam Garis Besar Program Pendidikan Integral Hidayatullah disebutkan bahwa arah pendidikan Hidayatullah yang berakar pada nilai-nilai Islam adalah untuk meningkatkan kecerdasan siswa serta harkat dan martabat Islam yang mencakup 8 poin arahan, yakni:
1. Harus menjamin ikut serta dalam membangun peradaban Islam.
2. Harus dapat meningkatkan kecerdasan peserta didiknya.
3. Harus dirancang untuk meningkatkan harkat dan martabat Islam dan kaum Muslimin.
4. Harus menimbulkan rasa tanggung jawab pada output didik untuk senantiasa membela keluruhan Islam dan ummatnya.
5. Harus diarahkan untuk menghasilkan output didik yang mampu mandiri.
6. Harus diarahkan untuk menumbuhkan rasa kepedulian peserta didik terhadap masalah yang berkembang di masyarakatnya.
7. Harus dilaksanakan secara profesional, terbuka untuk seluruh lapisan masyarakat dan mengakses kepada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini.
8. Harus mengakomodir secara layak anak-anak yatim, piatu, terlantar dan tidak mampu lainnya.
Atas dasar hal inilah, Lembaga Pendidikan integral Hidayatullah memilki konsep pendidikan integral yang akan menjadi arah pendidikannya. Konsep yang dimaksud meliputi semua jenjang pendidikan dari Taman Kanak-kanak (TK) hingga Pendidikan Tinggi (PT). Oleh karena pendidikan telah menjadi kunci solusi paling mendasar dari semua cita-cita kelembagaan.
Kerangka pertama adalah untuk dapat mewujudkan pendidikan integral sebagaimana yang diharapkan, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah membuat desain konsepsional secara global tentang pendidikan yang dimaksud.
Kerangka kedua, Pendidikan Integral Hidayatullah ditetapkan memiliki tujuan pendidikan dan asas kurikulum beserta sistem pendidikannya secara khas berlandaskan pada Sistematika Nuzulnya Wahyu (SNW).
Pondok Pesantren Hidayatullah lahir dan berdiri di atas manhaj Sistematika Nuzulnya Wahyu (SNW). Kita menyakini bahwa SNW ini selaras dan merujuk pada framework Islam dan ittiba’ kepada Rasulullah saw. Manhaj ini lebih penting dari materi pelajaran dan guru.
Manhaj inilah yang memberinya bentuk dan warna yang khas. Manhaj diperlukan Pesantren Hidayatullah untuk memahami dirinya sendiri. Manhaj ini tidak hanya berurusan dengan fakta dan data. Ia berkaitan dengan pendekatan metodologis. Artinya, bagaimana data dan fakta itu dipahami. Data dan fakta yang ada itu harus diselaraskan dengan manhaj ini.
Itulah salah satu alasan mengapa Hidayatullah tidak bisa memakai manhaj peradaban asing. Ia bisa memakai metode asing tapi bukan manhajnya. Sains Barat, misalnya, tidak sepenuhnya ditolak atau diterima.
Unsur asing perlu dicerna, diproses untuk diserap atau dibuang. Persis metabolisme tubuh manusia. Sebagian makanan perlu diserap, sebagian lagi harus dibuang. Kalau tidak demikian, maka kita akan salah atau bahkan melenceng jauh dari cita-cita berqur’an dan bersunnah.
Pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Hidayatullah (baik proses maupun hasilnya) seluruhnya harus merujuk dan dijiwai oleh manhaj ini. Ia harus dapat diterjemahkan baik dalam proses belajar mengajar, budaya kerja, manajemen, pengambilan keputusan, pembinaan SDM dan seluruh aspek lainnya yang ingin dicapai oleh lembaga ini.
Konsekuensinya Ustadz/ustadzah,murrabi, pengasuh, murid/santri, karyawan dan seluruh warga Pesantren ini harus memahami manhaj ini dengan baik serta mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari karena mereka adalah bagian yang berperan penting dalam memperagakan manhaj ini dalam kehidupan nyata.
Manhaj ini membahas berbagai hal yang merupakan penanaman nilai, konsep, visi, standar, dan model kepribadian serta keyakinan:
Surah al-‘Alaq memantapkan aspek nilai-nilai dasar akidah, yang tidak saja mencakup rukun iman dalam pengertian formal, namun bagaimana nilai-nilai dari iman itu membentuk pemikiran, sehingga menjadi rujukan dalam berpikir, merasa, berbicara, bertindak.
Syarat-syarat syahadat, misalnya, pada dasarnya merupakan “pagar” pikiran, perasaan, perkataan dan perilaku (ilmu, yaqin, qabul, inqiyad, ikhlash, shidq, mahabbah) kebalikan dari (jahl, syakk, radd, tark, syirk, kadzib, baghdha’).Surah al-Alaq ini mengandung konsep : (1| Konsep Rabb/ ketuhanan, (2| Konsep penciptaan, (3|Konsep manusia, (4|Konsep ilmu, pendidikan dan Adab (5|Konsep alam, (6|Konsep syahadat, (7| Konsep loyalitas.
Surah al-Qalam mengandung prinsip-prinsip umum dienul Islam, yakni: (1) khittah seorang muslim, (2) konsep masa depan, (3) konsep akhlaq, (4) konsep benar-salah. Fokus utamanya adalah membangun khiththah hidup ber-Qur’an sebagai ideologi kebenaran.
Selamat tidaknya kita, berkah tidaknya hidup kita, dan maju tidaknya kita tergantung kepada kekokohan dan keteguhan kita dalam menempuh jalan ini.Awalnya,pengikut jalan ini pasti sedikit,namun suatu saat pasti akan membesar asal kita konsisten dengan sikap kita.
Surah al-Muzzammil mengupas masalah tazkiyah dan ibadah, yaitu 7 bekal spiritual seorang muslim: (1) qiyamul-lail, (2) tartil al-Qur’an, (3) dzikrullah, (4) tabattul (total di jalan Allah), (5) tawakkal, (6) sabar, (7) hijrah.
Fokus utamanya adalah pencerahan spiritual dan internalisasi nilai-nilai Al-Qur’an. Menjadikan ibadah dan taqarrub kepada Allah sebagai tradisi, baik melalui ibadah wajib maupun nafilah.
Surah al-Muddatsir membahas tentang konsep perubahan atau prinsip-prinsip dasar tarbiyah dan dakwah, yaitu: (1) berfokus kepada akhirat, (2) hanya membesarkan nama Allah, (3) menyucikan “pakaian” (kepribadian, keluarga, dsb), (4) menghindari dosa, berhala, dan najis, (5) ketulusan dalam memberi, berdakwah tanpa pamrih, (6) bersabar.
Fokus utamanya adalah transformasi nilai-nilai Al-Qur’an ke dalam kehidupan. Mulailah mencari teman, dengan mengajak orang untuk berubah menjadi lebih baik, yakni: menjadi bagian dari penggerak perubahan (agent of change).
Surah al-Fatihah merangkum visi peradaban Islam, yakni peradaban yang berakar kepada tauhid dan semata-mata untuk mengabdi kepada Allah ta’ala. Milikilah visi besar, apapun keadaan kita hari ini.
Al-Fatihah artinya Pembuka, semacam kunci yang akan menjadi pemandu untuk memahami bangunan peradaban yang akan ingin ditegakkan, yakni seluruh nilai-nilai yang terkandung di dalam al-Qur’an.
Jadi sebagai lembaga Islam yang punya komitmen dalam membangun peradaban Islam, maka pesantren Hidayatullah harus senantiasa menjaga, memelihara dan mengaplikasikan manhajnya dalam kehidupan sehari-hari. Jika konsep-konsep penting ini tidak lagi digunakan secara benar, maka ia merupakan pertanda yang jelas bahwa ruh lembaga itu telah mati.